Senin, 14 September 2015

Perilaku Orang Tua Terhadap Anak Yang HARUS DIHINDARI



1. Kita tidak membiarkan anak kita menghadapi risiko

Kita tinggal di dunia yang senantiasa memperingatkan kita mengenai bahaya. Disamping itu slogan "safety first" semakin membuat kita takut kehilangan anak-anak sehingga melakukan apapun yang kita mampu untuk melindungi mereka. Memang benar itu adalah tugas kita, tapi kita telah menjauhkan mereka dari perilaku risk-taking (mengambil risiko) yang sehat sehingga dapat mengakibatkan efek yang negatif. Psikolog di Eropa menemukan bahwa jika anak tidak bermain di luar dan tidak pernah mengalami lecet di lutut misalnya, maka biasanya mereka memiliki fobia saat dewasa nantinya. Anak-anak perlu jatuh beberapa kali untuk mengetahui bahwa itu adalah hal yang normal. Jika orangtua mencoba menjauhkan anak dari segala risiko dalam kehidupannya maka kemungkinan besar para pemimpin kita di masa mendatang akan memiliki arogansi tinggi dan rasa kurang percaya diri.

2. Kita terlalu cepat membantu / menyelamatkan mereka

Generasi muda saat ini tidak mengembangkan dan tidak memiliki kemampuan menyelesaian masalah dalam aktifitas sehari-hari sebagaimana anak-anak 30 tahun yang lalu karena para orangtua sekarang cepat turun tangan dan menyelesaikan permasalahan tersebut untuk mereka. Jika kita terlalu cepat ikut menolong mereka dan sedikit-sedikit membantu, maka kita menghilangkan kesempatan-kesempatan bagi mereka untuk menghadapi kesulitan dan berupaya untuk menyelesaikan permasalahan itu sendiri. Pola mengasuh anak seperti ini juga tidak sesuai dengan poin mengenai leadership (kepemimpinan), yaitu membekali generasi muda kita untuk melakukan / menyelesaikan tanpa bantuan. Cepat atau lambat, anak-anak akan merasa terbiasa dengan adanya seseorang yang membantu atau menolong mereka : "Jika saya gagal atau kurang dari semestinya, akan ada orang dewasa yang datang dan menyelesaikan serta membereskan segala akibat dari kesalahan saya." Padahal hal ini sama sekali tidak mendekati kenyataan bagaimana dunia ini bekerja, sehingga hal tersebut menghalangi anak kita menjadi orang dewasa yang kompeten nantinya.

3. Kita terlalu gampang memuji mereka

Gerakan membangun rasa percaya diri pada anak sudah ada sejak tahun 1980 di sistem pendidikan sekolah (di Amerika Serikat). Jika menghadiri pertandingan klub baseball anak-anak di sana, anda akan melihat kalau mereka semua adalah pemenang. Mental "semua mendapat piala" ini tentunya membuat anak-anak merasa spesial, tetapi hasil penelitian sekarang mengindikasikan bahwa metode ini memiliki efek samping yang tidak diharapkan. Anak-anak cepat atau lambat akan menyadari bahwa hanya ibu dan ayahnya lah yang merasa bahwa dirinya hebat ketika tidak ada orang lain yang mengatakan demikian. Mereka akan mulai meragukan objektifitas orangtuanya; terasa menyenangkan pada saat itu, tetapi tidak sama dengan realita. Ketika kita terlalu gampang memuji mereka dan mengabaikan perilaku buruk, anak-anak akan belajar untuk curang, berlebih-lebihan dan berbohong untuk menghindari kenyataan yang sebenarnya sulit dan menantang. Mereka tidak dibiasakan untuk menghadapi kesulitan dan tantangan.

4. Kita membiarkan rasa bersalah menghalangi diri kita mendidik anak dengan benar

Anak anda tidak harus menyayangi anda setiap menitnya. Anak-anak anda akan melupakan rasa sedih atau kekecewaannya, namun efek dari memanjakan mereka akan sulit dihilangkan. Jadi katakan pada mereka "tidak" atau "tidak sekarang" dan biarkan mereka berjuang untuk sesuatu yang benar-benar mereka perlukan dan hargai. Sebagai orangtua, kita memiliki kecenderungan memberikan apa yang mereka mau ketika memberikan mereka penghargaan atas apa yang dilakukan, terutama ketika memiliki lebih dari satu anak. Ketika salah satu anak melakukan sesuatu dengan baik, kita merasa berlaku tidak adil jika memuji dan memberi penghargaan hanya kepadanya dan tidak ke anak kita yang lainnya. Hal ini tidak realistis dan menghilangkan kesempatan untuk menekankan kepada anak bahwa keberhasilan itu bergantung pada niat baik dan usahanya. Berhati-hati dan janganlah mengajarkan bahwa mereka akan diberi hadiah perjalanan ke mall misalnya, jika nilainya di sekolah bagus. Jika hubungan anda dengan anak didasari oleh penghargaan yang bersifat material, maka mereka berisiko tidak memiliki motivasi dari dirinya sendiri ataupun rasa sayang tanpa syarat kepada anda.

5. Kita tidak berbagi mengenai kesalahan kita dulu kepada mereka

Ketika anak beranjak remaja, mereka akan ingin bereksperimen dan mencoba hal-hal baru sendiri. Kita sebagai orangtua harus membiarkan mereka, tetapi tentunya tidak berarti kita tidak bisa mengarahkan mereka. Berbagi dan ceritakanlah kepada mereka mengenai kesalahan yang dulu anda alami atau lakukan ketika anda seusia mereka dengan cara yang dapat membantu mereka mengambil keputusan yang tepat. Hindari "lessons learned" yang negatif seperti hal-hal yang berkaitan dengan merokok, minuman beralkohol, obat-obatan terlarang, dll. Selain itu, anak-anak perlu dipersiapkan untuk menghadapi kesalahan dan menghadapi konsekuensi dari tindakannya. Berbagilah mengenai bagaimana perasaan anda ketika menghadapi hal yang sama dulunya, apa yang mendorong anda untuk melakukan tindakan anda dulu, apa hasilnya dan apa yang anda pelajari dari pengalaman tersebut. Berhubung kita bukanlah satu-satunya yang memberi pengaruh kepada anak, maka kita harus menjadi pengaruh terbaik bagi mereka.

6. Kita salah menghubungkan antara kecerdasan dan bakat dengan kematangan anak

Intelegensi cukup sering digunakan sebagai ukuran tingkat kematangan anak, sehingga orangtua berasumsi anak yang cerdas sudah siap untuk menghadapi dunia. Tidak selalu demikian. Contohnya atlit profesional dan artis baru Hollywood biasanya memiliki talenta yang tinggi namun tidak jarang terperangkap skandal. Hanya karena seorang anak berbakat dalam sat hal, jangan berasumsi dia berbakat pada semua area. Tidak ada ketetapan baku mengenai usia anak yang sudah bertanggung jawab atau petunjuk yang telah terbukti mengenai kapan seorang anak sebaiknya diberikan kebebasan atau kemandirian dalam hal-hal tertentu, tapi hal yang dapat menjadi acuan bagi kita sebagai orangtua adalah dengan memperhatikan anak-anak lainnya yang seusia dengan anak kita. Jika anak-anak lain dapat melakukan sendiri berbagai hal dibandikan anak anda, maka kemungkinan besar anda mengulur kebebasan / kemandirian anak anda.

7. Kita tidak mempraktekkan apa yang kita ajarkan

Sebagai orangtua, adalah tanggung jawab kita untuk mencontohkan apa yang kita inginkan anak kita jalani dan untuk membantu mereka agar memiliki karakter yang baik, dapat diandalkan dan bertanggung jawab atas kata-kata dan tindakannya. Sebagai kepala keluarga, kita dapat memulai dengan selalu berkata jujur – berbohong demi kebaikan akan mengikis dan lambat laun merusak karakter. Perlihatkan kepada anak-anak anda arti dari memberi atau membantu dengan lapang dada dan sukarela. Ketika anda bertamu atau mendatangi suatu tempat, tinggalkanlah tempat tersebut dalam keadaan lebih baik daripada saat anda datang... anak anda akan mencatat hal tersebut di kepalanya dan akan ikut melakukan hal yang sama kedepannya.

Related Posts

Perilaku Orang Tua Terhadap Anak Yang HARUS DIHINDARI
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Jangan ketinggalan informasi setiap postnya dengan cara berlangganan via email

Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejek baikmu setelah membaca :)